|
pinjem dari shutterstock :D |
Selalu takjub mendengarkan, membaca, atau menyimak kisah teman-teman dalam menemukan jalan hijrahnya. Banyak tantangan dan rintangan yang harus mereka hadapi, namun mereka tetap bersikukuh untuk melaksanakannya, begitu kuat keinginannya untuk berubah ke arah lebih baik.
Sebagai contoh, beberapa kisah beberapa teman untuk mengazzamkan diri untuk berjilbab, mulai dari jilbab yang biasa saja hingga jilbab syar'i yang memang betul-betul butuh keberanian diri untuk melakukannya cukup membuat saya cemburu. Cemburu pada apa ? Pada begitu kuatnya pencarian mereka, keinginan mereka untuk berubah, dan hebatnya mereka mampu melawan semua tantangan yang ada, yang saya tahu tentu tidaklah mudah.
Ada yang saat memutuskan untuk berjilbab ia harus mengorbankan uang jajannya untuk membeli pakaian yang sesuai untuk bisa memenuhi syarat berjilbab, karena orang tuanya belum memberikan fasilitas itu. Atau ada juga yang mengorbankan hadiah ulang tahunnya dijual untuk membeli fasilitas agar bisa berjilbab. Mulai dari masalah finansial hingga masalah psikologis yang dihadapi tetap membuat mereka maju, bahkan cibiran dari kalangan keluarga pun tidak jarang datang menghampiri mereka dan mereka mampu menangkisnya.
"aku nangis ngegeter banget di angkot, waktu aku denger ceramah itu, yang bilang kalo jilbab itu wajib untuk semua remaja wanita yang udah baligh. Waktu itu aku kelas 3 SMP, langsung inget aja aku udah berapa tahun dari haid pertama sampe waktu hari aku ngedenger ceramah itu ga pake jilbab, rasanya dosa banget, kotor banget. Mulai saat itu pas aku pulang, aku bilang ke aa aku kalo aku mau pake jilbab. Tapi karena waktu itu udah kelas XII kan kagok kalo beli seragam panjang baru, jadi sama mamah disuruh nanti aja pas udah SMA, tapi aku nggak mau nambah-nambah dosa, untungnya ada aa yang bisa beliin dulu meskipun itu belinya pake uang jajan dia. Gila, aku juga nggak nyangka kenapa aku bisa nangis sampe ngegeter gitu di angkot waktu itu, padahal biasanya cuma angin lalu", salah satu cerita teman saya yang bisa dibilang cukup 'WOW' untuk mengisahkan awal mereka berjilbab saat itu waktu sharing di SMA.
"gue mah udah dijilbabin dari kecil, dari baru lahir kayaknya langsung dijilbabin jadi gatau deh rasanya nanggepin tantangan kayak kalian hehe", jawab saya saat itu ketika diminta giliran untuk bercerita dan disambut tertawa oleh sahabat-sahabat saya waktu itu.
Sambil tertawa sambil bertanya pada diri sendiri. "Gak ada hikmahnya banget zah dijilbabin dari kecil ? Meskipun kamu nggak punya pengalaman tantangan kayak mereka, harusnya kamu lebih bersyukur zah, karena jalannya udah dimudahin, tinggal cari hikmah lainnya lagi aja".
Pada satu poin saya merasa cemburu, iya, pada keinginan kuat mereka, pada bagaimana cara Allah mengetuk hati mereka agar berkeinginan kuat seperti itu, bagaimana mereka benar-benar percaya pada janji-Nya, takut pada murka-Nya, bukan pada marahnya ayah atau ibu mereka ketika mendapati anaknya tidak berjilbab. Tapi langsung takut pada murka dan bahagia mendapatkan cinta Sang Pencipta-Nya.
Dengan pengetahuan abal-abal ala remaja sok tau, saya berkesimpulan bahwa semangatnya mereka karena mereka menemukan sendiri hikmah untuk berubah ke arah lebih baik.
Alhasil ? Sempat memulai 'pencarian' hikmah yang ingin dirasakan. Mulai dari melepaskan rok berganti celana jeans, jilbab yang menutup dada dinaikkan sedikit demi sedikit, dll. Alhamdulillahnya Allah masih sayang dengan langsung memberikan hikmah-Nya tidak begitu jauh dari masa awal percobaan pencarian itu. Mulai diliputi rasa tidak nyaman jika jilbab yang digunakan tidak menutupi dada, perlahan diliputi rasa kurang nyaman jika menggunakan celana skinny jeans, dll.
Namun, seharusnya keadaan apapun tidak menjadikannya alasan untuk kurang bersyukur, karena mungkin bagaimanapun keadaan yang menurut orang tidak menyenangkan, justru menjadi mimpi dan harapan bagi orang lain untuk memiliki keadaan tersebut.
Hanya baru satu contoh tentang hijrah untuk berjilbab, masih banyak hijrah lainnya yang juga berusaha berubah ke arah lebih baik yang membuat saya cemburu, seperti betapa semangatnya mereka untuk berdakwah, mengajak pada kebaikan, dll, sampai kalau boleh dibilang, semangat mereka sangat super.
Menjadi bahan refleksi diri untuk mencari ilmu sebanyak - banyaknya untuk mendapatkan hikmah bukan menyalahi keadaan yang sudah ada, tapi justru mensyukurinya.
Islam memerdekakan akal, mendorong untuk mempelajari alam, menjunjung
tinggi kedudukan ilmu dan ulama, dan menyambut yang baik dan bermanfaat
dalam segala sesuatu. Karena hikmah adalah milik orang mukmin yang
hilang, dimana saja ia menemukannya, maka dialah yang paling berhak
mengambilnya.
So, hal pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan hikmah adalah menggunakan akal, membuka pikiran, jangan sempit lagi ya Faizah.
Tapi sepertinya Faizah berbuat kesalahan lagi, cepat perbaiki dan kembalilah HAHA. Aja aja fighting aho!