Jumat, 26 September 2014

The way you ...

the way you think what people think bout you, exactly is the way what you think bout people too. So be careful with your mind. If you used to think with negative mind, that negative mind itself which will make you suffered bout another perceptions. Not because the way they look at you, but youre the one who make its view. Youre the one who make it harder. 

Ya jikapun pandangan buruk itu memang benar adanya, jika kita mampu mengendalikan pikiran kita sendiri untuk berpikir positif, it doesnt work to make you upset and lack of confidence. You know, its tired to think with negative mind.

*ngomong sama diri sendiri*
*ngaca*
*nasehatin diri sendiri*

Minggu, 21 September 2014

Why Men dont Listen and Women cant Read Maps




 
sumber dari sini



Judul : Why Men dont Listen and Women cant Read Maps
Penulis : Allan and Barbara Pease
Penerbit : Ufuk
Tahun Terbit : cetakan ke 20  (2014)
Tebal Buku : 389 halaman
 
Me givin this book 3 out of 5 stars

*Udah lama pengen nulis review ini, tapi males haha*

Hubungan antara pria dan wanita memang selalu menarik untuk diamati. Karena dua makhluk ini sebenarnya diciptakan untuk saling melengkapi satu sama lain, namun pada praktiknya tidak jarang ditemukan jika mereka justru menjadi anjing dan kucing yang paling setia, alias sering ditemukan pertengkaran diantara mereka.

Allan dan Barbara Pease yang menulis buku ini melakukan perjalanan panjang untuk menulisnya. Menempuh waktu lebih dari 400.000 kilometer, memakan waktu tiga tahun hingga dokumen buku ini benar – benar terselesaikan. Permasalahan pria dan wanita mereka teliti berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada dan bukti – bukti sejak ribuan tahun yang lalu. Wow, Im impressed enough knowing their efforts, but yeah, terimakasih ini membantu sekali untuk menyelami pikiran masing-masing makhluk lebih dalam. Tidak lupa dilengkapi fakta-fakta yang ada pada dunia nyata, seperti pada lahan pekerjaan, statistik kecelakaan, dll.

Ya saya akui akhir-akhir ini saya sangat tertarik dengan buku psikologi, baik itu psikologi anak, parenting, sampai psikologi gender seperti ini. Yang menarik saat pertama kali memutuskan akan dan sangat ingin sekali membaca buku ini adalah, saat saya sedang mencari buku di goodreads, biasanya saya juga mempertimbangkan dari komentar yang ada pada halaman buku tersebut, secara tidak sengaja saya membaca ada yang berkomentar “buku ini mengambil dua sudut pandang, sudut pandang pria juga sudut pandang wanita. Namun sebagai laki – laki saya merasa ini hanya diambil dari sudut pandang wanita saja (karena penulisnya wanita). Mungkin lebih baik jika ingin membuat buku semacam ini lagi (dua sudut pandang gender) , lebih baik pahami cara berpikir pria dan wanita yang berbeda, bisa dimulai dari membaca buku ‘Men are from Mars, and Women are from Venus’ , atau ‘Why Men dont Listen and Women cant Read Maps’, dsb. Sehingga tidak terjadi timpang cara berpikir” , tulisnya. Bukunya apa, saya rasa saya tidak perlu menuliskannya disini , hehe.

Poin yang saya tangkap adalah cara berpikir pria dan wanita yang berbeda. Saya pun sudah mengobserved hal ini dengan objek penelitian saya, dan adik (juga kakak) laki-laki saya, membaca buku ini membuat hipotesis semakin kuat haha.

Rabu, 10 September 2014

Mengamati ala Faizah

Bisa dibilang saya punya hobi yang dari dulu sampai sekarang masih dilakukan. Hobinya cukup aneh, kata saya. Saya senang mengamati orang, benda, apapun itu jika menarik perhatian saya sesaat maka akan saya amati , bahkan bisa sampai mendalam.

Hal - hal sepele yang menarik perhatian saya ini, biasanya saya kaji di otak saya saja alias tidak bertanya pada orang, tidak menuliskannya, bahkan untuk mencari kebenarannya lalu memunculkan hipotesis untuk kesimpulannya saya lakukan sendiri, berbekal dari buku juga pengalaman yang saya dapat.

Sudah cukup banyak postulat #halah, bukan deng, kesimpulan ala Faizah yang sudah dikeluarkan dan dibicarakan juga didiskusikan kepada pihak lain  (walaupun hanya dengan orang-orang sekitar saja). Kalaupun misalkan sedang tidak dibahas, maka hal tersebut akan saya jadikan bahan diskusi. Its fun, somehow. Untuk mengetahui hal-hal yang terlintas di kepala, lalu dicari kebenarannya berdasarkan fakta yang beredar, diolah sendiri, lalu disimpulkan, didiskusikan, dan semakin menambah insight dari sisi lain, terus cari lagi kebenarannya dari referensi yang lain pula. Kebanyakan dalam hal psiko-sosial-ekonomi-politik-keluarga-agama, sangat humaniora, he.

Contoh, saya pernah mengamati keterkaitan anak bungsu yang masuk pesantren karena keinginan orang tua, pernah juga tentang anak yang sejak kecil sudah dididik agama dengan baik, namun saat dewasa yang terjadi kebalikannya, dll. 

 
 
Copyright © [ notulensi ]
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com