Tampilkan postingan dengan label resensi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label resensi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 05 Maret 2015

[Resensi] What The Dog Saw and Other Adventures


Judul : What The Dog Saw and Other Adventures
Penulis : Malcolm Gladwell
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2009
Tebal Buku : 480 halaman
Genre : Non Fiksi, Ekonomi, Psikologi, Bisnis, Sosiologi
Rate : 4 out of 5 stars

Sebelum lanjut nyeritain isi buku ini, gue mau basa basi busuk dulu dikit bentar di awal, haha. Lama banget ga ngeresensi buku berasa kangen dan bingung mau mulai dari mana huehehe. Sekarang abis baca buku lanjut ke buku berikutnya tanpa ngeresume dulu buku sebelumnya. Tapi kalo dipikir-pikir lagi, ngeresume buku bukan selalu bertujuan untuk ngeshare ke orang lain. Itu juga tujuan sih, tapi utamanya untuk gue sendiri, siapa tau lagi mau buka-buka buku yang udah pernah gue baca dan ingin tau garis besarnya, meskipun gue jarang lupa hehe. Mmm, tapi terlebih ngeresensi itu jembatan antara melatih menulis dan membaca, thats it. Jadi semoga gue lebih rajin lagi ngeresensi nya ya, ho!

Cukup lama gue baca buku ini, bukan karena males atau ga menarik. Tapi banyak banget istilah ekonomi yang enggak gue ngerti. Mulai dari bahasan tentang saham (yang tentunya bukan bahasan saham ecek-ecek) , opsi (yang ini gue ga ngerti banget), dan bahasan tentang ekonomi lainnya yang berlatar belakang negeri paman sam, which is emang mainannya tentang ekonomi makro yang enggak gue ngerti wqwq. But yah, positivenya sekarang gue mayan lah ngerti, walopun nggak paham-paham amat, tapi nggak bego-bego amat hehe.

Bisa dibilang penulisnya, Malcolm Gladwell seolah cerita alias ngedongeng ke pembacanya. Karena bahasa yang digunakan memang seperti sedang bercerita. Atau bisa disingkat menjadi buku yang berisi kumpulan kisah yang berhikmah, tapi cerita yang disajikan bukan kisah sehari-hari layaknya Chicken Soup, melainkan cerita yang diambil dari kisah yang pernah terjadi pada perusahaan-perusahaan papan atas yang tidak pernah dipublish, atau kisah dibalik penemuan barang / makanan yang sekarang ada di sekeliling kita (misal : saos tomat, dll). Karena latar belakang penulisnya sendiri adalah kolumnis di New Yorker yang pasti sudah banyak mendengar atau berbincang langsung dengan narasumber yang beliau tulis.

Buku ini dibagi menjadi tiga bagian; bagian pertama tentang 'genius minor' , disini Gladwell menceritakan penemu yang dianggap sepele (saos tomat) padahal penemuannya penting, sehingga menjadi terangkat. Bagian kedua tentang teori, prediksi, dan diagnosis (disini ada cerita apa bedanya teka-teki dengan, tap misteri, ada juga tentang tercekat dan panik). Bagian ketiga tentang kepribadian, sifat, dan kecerdasan manusia (ada cerita 'terlambat panas', 'apa yang didapat dari wawancara kerja', dll).

Worth to read, asli! Gladwell mengubah data yang dia punya menjadi sebuah pengetahuan. Karena biasanya pengetahuan bisa didapatkan jika tingkat analisis seseorang sudah terasah. Ditambah dengan pemaparannya yang ringan dan mudah dicerna semakin nambah nilai buku ini. Walaupun background ceritanya banyak dari bidang ekonomi, meskipun awalnya sulit dipahami, tapi seiring terus membacanya malah menambah banyak pengetahuan baru dan cara lihat yang baru juga. 

Sedikit bocoran ceritanya semoga bisa gue share besok ya. Karena masih dalam tahap pengolahan #ea, insyaAllah besok kalo mood diselesaikan :p

Jumat, 02 Januari 2015

[Resensi] The Giver

source from goodreads
Judul : The Giver (Sang Pemberi)
Penulis : Lois Lowry
Penerbit : Gramedia
Tahun Terbit : Agustus 2014
(first published in 1993)
Tebal : 230 halaman
Genre : Fantasy, Children, Science Fiction Dystopia
Pemeran : Jonas, Fiona, Asher, dll
Rating : 5 out 5 stars

Sinopsis

Dunia Jonas merupakan dunia yang sangat sempurna. Tidak ada peperangan, tidak ada kecemburuan sosial, tidak ada perdebatan, tidak ada pertentangan, damai, (mungkin) layaknya dunia yang kita impikan ada saat ini.

Orang-orang tidak perlu takut untuk mengambil keputusan dalam hidupnya, karena semua keputusan sudah ada ditangan yang disebut Tetua. Mereka dan para pembuat kebijakan lainnya membuat dunia ini menjadi sedemikian teratur sehingga tidak akan terjadi kekacauan sedikitpun, bahkan kesempatan timbulnya kekacauan pun tidak ada, karena semua hal dibuat semirip mungkin, kesamaan.

Setiap warga dalam komunitas tersebut memiliki peran  masing-masing sesuai kemampuannya. Setiap anak memiliki pengalaman yang sama sesuai usia tumbuh kembang mereka. Mereka menyebutnya kesamaan, dimana tidak akan ada celah untuk perbedaan yang akan memancing perselisihan.

Senin, 29 Desember 2014

[Resensi] The Scorch Trials

source from goodreads

Judul : The Scorch Trials  (#2 dari trilogy The Maze Runner)
Penulis : James Dashner
Penerbit : Mizan
Tahun Terbit : September 2014 (Edisi II Cetakan I) 
(2009 by Delacorte Press Books USA)
Tebal : 441 halaman
Genre : Science Fiction, Romance
Pemeran : Thomas, Minho, Teresa, Brenda, dll
Rating : 4 out 5 stars

Sinopsis

Melanjutkan petualangan yang sudah dilalui Thomas dkk sebelumnya yang berjuang menemukan pintu keluar maze (dalam The Maze Runner), kali ini Thomas dkk tidak lagi berlari dalam maze, namun Wicked memberikan 'permainan' yang berbeda dari sebelumnya. Yap, scorch trials. Permainan di gurun pasir.

Setelah susah payah melewati hari-hari yang tidak menyenangkan di dalam Glade, Glader yang selamat dijanjikan akan diberikan 'surga yang aman' jika berhasil melewati ujian Gurun Pasir ini oleh Wicked. Bukan Wicked namanya jika tidak memberikan sentilan saat mereka berusaha melewati Gurun Pasir ini menuju pintu 'surga yang dijanjikan'.

Virus flare sudah begitu menyebar di negeri ini. Manusia menjadi semakin ganas, persediaan makanan tidak memadai, bisa ditebak apa yang terjadi selanjutnya dikarenakan tidak berfungsinya otak mereka untuk membedakan bahan makanan, bahkan manusia sekalipun. Pengidap flare akut ini dinamakan Crank (yang harus dihadapi Thomas selama perjalanan).

Selama perjalanan menuju pintu 'surga yang dijanjikan' , Thomas dkk bertemu dengan pengidap flare yang membuat mereka harus berusaha lebih keras, karena selain untuk melewati gurun pasir tersebut, mereka juga harus pandai bersembunyi atau melawan para pengidap flare tersebut jika ingin masih hidup sampai ujung gurun pasir ini.

Berhasilkah mereka menemukan pintu surga yang aman serta tidak lagi dipermainkan oleh Wicked ? 


-----

Berbeda dari buku sebelumnya, The Maze Runner yang saya berikan 3 bintang dari 5 bintang, pada buku keduanya ini saya berikan 4 bintang. Karena petualangan juga tantangan yang mereka hadapi pada buku kedua ini lebih terasa nyata dan menantang dibandingkan hanya bertarung dengan Griever (dan itupun mereka yang menantang untuk bertemu Griever). 

Minggu, 21 September 2014

Why Men dont Listen and Women cant Read Maps




 
sumber dari sini



Judul : Why Men dont Listen and Women cant Read Maps
Penulis : Allan and Barbara Pease
Penerbit : Ufuk
Tahun Terbit : cetakan ke 20  (2014)
Tebal Buku : 389 halaman
 
Me givin this book 3 out of 5 stars

*Udah lama pengen nulis review ini, tapi males haha*

Hubungan antara pria dan wanita memang selalu menarik untuk diamati. Karena dua makhluk ini sebenarnya diciptakan untuk saling melengkapi satu sama lain, namun pada praktiknya tidak jarang ditemukan jika mereka justru menjadi anjing dan kucing yang paling setia, alias sering ditemukan pertengkaran diantara mereka.

Allan dan Barbara Pease yang menulis buku ini melakukan perjalanan panjang untuk menulisnya. Menempuh waktu lebih dari 400.000 kilometer, memakan waktu tiga tahun hingga dokumen buku ini benar – benar terselesaikan. Permasalahan pria dan wanita mereka teliti berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada dan bukti – bukti sejak ribuan tahun yang lalu. Wow, Im impressed enough knowing their efforts, but yeah, terimakasih ini membantu sekali untuk menyelami pikiran masing-masing makhluk lebih dalam. Tidak lupa dilengkapi fakta-fakta yang ada pada dunia nyata, seperti pada lahan pekerjaan, statistik kecelakaan, dll.

Ya saya akui akhir-akhir ini saya sangat tertarik dengan buku psikologi, baik itu psikologi anak, parenting, sampai psikologi gender seperti ini. Yang menarik saat pertama kali memutuskan akan dan sangat ingin sekali membaca buku ini adalah, saat saya sedang mencari buku di goodreads, biasanya saya juga mempertimbangkan dari komentar yang ada pada halaman buku tersebut, secara tidak sengaja saya membaca ada yang berkomentar “buku ini mengambil dua sudut pandang, sudut pandang pria juga sudut pandang wanita. Namun sebagai laki – laki saya merasa ini hanya diambil dari sudut pandang wanita saja (karena penulisnya wanita). Mungkin lebih baik jika ingin membuat buku semacam ini lagi (dua sudut pandang gender) , lebih baik pahami cara berpikir pria dan wanita yang berbeda, bisa dimulai dari membaca buku ‘Men are from Mars, and Women are from Venus’ , atau ‘Why Men dont Listen and Women cant Read Maps’, dsb. Sehingga tidak terjadi timpang cara berpikir” , tulisnya. Bukunya apa, saya rasa saya tidak perlu menuliskannya disini , hehe.

Poin yang saya tangkap adalah cara berpikir pria dan wanita yang berbeda. Saya pun sudah mengobserved hal ini dengan objek penelitian saya, dan adik (juga kakak) laki-laki saya, membaca buku ini membuat hipotesis semakin kuat haha.

Rabu, 27 Agustus 2014

[REVIEW] : LEIDEN!

LEIDEN!
(sumber gambar : avatarnya penulis, kang @DeaTantyo)


Judul : LEIDEN! Menghirup Inspirasi dari Soekarno, Hatta, Cicero, Roosevelt, M. Natsir, Agus Salim, Bruce Lee hingga Soe Hok Gie (Leadership Talk Series)
Penulis : Dea Tantyo
Tebal : 214 hal; 21,5 cm
Penerbit : Duta Media Tama

Damn this book really make me love our Founding Father, Republik Indonesia tercinta ini. Mungkin bisa dibilang saya begitu membenci pelajaran sejarah (katakanlah saya juga membenci mempelajari seluk beluk usaha perjuangan yang hanya berisi juga perintah untuk menghapalkan tanggal, tempat, juga nama pahlawan, tanpa saya diperkenalkan terlebih dahulu dengan siapa saja founding father saat itu, hanya diberi tahu nama, tanggal lahir dan tanggal meninggal. Ah iya, bukankah untuk mencintai harus mengenalnya terlebih dahulu ?). Dan OOT nya menjadi terlalu panjang untuk mereview buku –yang-tipis-namun-luar-biasa ini hehehe :D.


Dimulai dari berkenalan dengan mental seorang leader, speak-up nya leader, hingga menjadi pemimpin yang menginspirasi (dengan menulis tentunya) dijelaskan dengan singkat dan padat juga berisi di buku ini. Yang awalnya tidak begitu kenal dengan Soekarno (Cuma kenal namanya), bahkan mendengar Agus Salim dan M. Natsir pun terbilang jarang. Namun setelah baca LEIDEN ini , I’d like to declare myself as Agus Salim and M. Natsir new big fan kekeke.
Atau bisa jadi saya yang kurang literasi untuk membaca biografi founding father kita ya ? hehe, bisa jadi. But yes, this book really help me to know them , meskipun itu belum seberapa dengan banyak jasa pahlawan lain yang belum kita kenal.


Jumat, 13 Juni 2014

[REVIEW] The Fault in Our Stars



Penulis : John Green
Penerbit : Qanita, Mizan
Tahun Terbit : 2012
Genre : Romance, Life, Teens
Tebal Buku : 422 halaman

Sinopsis : 


Menjadi penderita kanker tiroid di usia muda memang tidak mudah bagi Hazel Grace Lancaster (panggil saja Hazel). Pasalnya, penyakit yang menempel pada tubuhnya secara hampir menyeluruh merenggut masa mudanya, mulai dari pengalaman menyenangkan yang seharusnya dialami bersama teman-teman seumurannya, mimpi - mimpi yang terlalu indah untuk dilupakan dan hal indah lainnya yang bisa dinikmati anak muda lainnya saat seusianya. Membaca adalah satu-satunya hobi yang bisa ia lakukan saat sakit, dan buku Kemalangan Luar Biasa menjadi buku favoritnya, meskipun akhir kisah tersebut tidak diberitahukan oleh penulisnya, alias akhirnya 'menggantung'.


Hazel muda terlalu malas untuk keluar rumah, bukan hanya malas bertemu teman-temannya di Kelompok Pendukung (Kelompok Penderita Kanker, yang akan selalu berbagi kisah-kisah heroik untuk meningkatkan semangat hidup sesama penderita kanker), namun kesulitan utamanya adalah ia harus selalu membawa selang dan tabung oksigen kemanapun ia pergi, jika tidak, paru-parunya tidak akan sanggup untuk mendapatkan oksigen cukup bagi tubuhnya.


Rabu, 09 Oktober 2013

[REVIEW] Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta

source dari Goodreads

Judul buku : Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta
Penulis : Tasaro GK
Tahun Terbit : 2013
Penerbit : Qanita, Mizan
Tebal buku : 264 halaman


Ini bukan novel teman-teman, ini adalah kumpulan cerpen. Ga biasanya saya mau beli kumpulan cerpen. Iya, ini beli karena awalnya gatau kalo ini adalah kumpulan cerpen, bukan novel. But in the end, no regret beli dan tau kalo ternyata ini kumpulan cerpen. Sekian intermezzo \(._.


Kumpulan cerpen yang mostly ngambil tema 'cinta'. Tapi jangan harap kisah cinta picisan tentang pangeran yang mengejar sang putri lalu sang putri dengan senang hati menerima sang pangeran dan happily ever after, bukan picisan. Jauhkan harapan dan angan dari bayang-bayang roman picisan layaknya ftv yang selalu berakhir bahagia.

Untuk cerita semacam itu, cukuplah jadi pengantar tidur yang tidak harus dipaksakan alurnya di dunia nyata. Karena pada kumcer (kumpulan cerpen) ini kita dipaksa melihat cinta di dunia nyata. Baik yang berakhir sedih, bahagia, penantian yang begitu lama namun ternyata bukan jodohnya, dll. 

Tema cinta nya pun bukan tema cinta yang  mainstream. Kenapa setiap kita bilang kata 'cinta' yang terlintas adalah kata kerja antar manusia yang berbeda jenis. Makna cinta itu luas, seluas bumi-Nya. Bahkan, saat bedah buku, mas Tasaro nya bilang "Kita tidak perlu mengkhianati Tuhan untuk mencintai manusia". Its so damn deep words bro buat saya. Kenapa banyak yang akhirnya mengatasnamakan cinta padahal sejatinya itu merusak atau tidak mematuhi rule yang sudah Tuhan berikan ?

Di buku ini, penulisnya mampu beretorika dengan sangat baik, menyampaikan idealisme yang pada saat ini sudah tergerus bahkan sudah dipandang 'asing' , atau bisa dikatakan 'ketinggalan zaman'. Jadi setuju bahwa ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara.

Saya ambil satu cerpen yang paling saya suka dan maknanya sangat dalam ditambah dengan penyampaian ringan namun dengan argumentasi sangat kuat.

Minggu, 02 Juni 2013

[REVIEW] : Dalam Dekapan Ukhuwah


Penulis : Salim A Fillah
Penerbit : Pro U Media
Tahun Terbit : 2010


3 kata : High Recommended Book :bd
Maaf kalau  lebai , but thats true . Jangan ngerasa berat dengan judulnya yang pake bahasa arab ‘Ukhuwah’ , mirip nama masjid di salah satu pojok kota bandung *loh .
Buku karangan Salim A Fillah yang menggambarkan bagaimana ukhuwah seharusnya . Berat pake kata ukhuwah ? Oke , selanjutnya saya pakai kata ‘persaudaraan’ .
Jujur , no words left lah buat buku ini , bahkan untuk menuliskan reviewnya disini . Baca buku ini dapat menyebabkan selalu berbaik sangka pada siapapun bahkan pada yang tidak dikenal sekalipun :D .
Penulisnya , Salim A Fillah pintar memadu kata menjadi rangkaian kalimat yang indah yang mampu menari - nari saat kita membacanya sehingga tidak membuat bosan si pembaca .

Jumat, 03 Mei 2013

[REVIEW] Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah

Gambar dari Goodreads

Judul : Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2012
Jumlah Halaman : 512

"Berapa panjang sungai kapuas ? Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menuju hilir kapuas ?" , pertanyaan yang selalu Borno sampaikan kepada pengemudi sepit di hulu sungai kapuas .
"Mana kutahu, itu tidak akan ditanyakan saat ujian bukan Borno ?" ,
"Macam aku punya waktu saja mengukurnya Borno"
jawab pengemudi sepit yang tentu saja tidak memuaskan hasrat bertanya Borno.


Jawaban Pak Tua lah yang sedikitnya memberi pengetahuan bagi Borno, bahwa menuju hilir kapuas tidak mudah, tergantung perahu yang digunaka, cuaca yang sedang menyelimuti langit saat itu, keadaan sang pengemudi perahu, dll.

Mendapat jawaban itu, akhirnya Borno pun terdiam.

Sejak 6 bulan yang lalu Borno sudah menamatkan bangku SMA nya, namun ia tidak melanjutkan ke pendidikan tinggi, ekonomi. Ia berganti-ganti pekerjaan , mulai dari bekerja di perkebunan karet, hingga menjadi pemotong karcis di dermaga kapal ferry. Karena pekerjaan 'rendah' itu pula, Borno tak jarang mendapat cibiran dari warga sekitar karena walaupun sudah menamatkan SMA nya, pekerjaannya tidak lebih baik dari lulusan SD/SMP. Namun, nasehat-nasehat ibunya lah yang menguatkannya untuk tidak merisaukan cibiran orang-orang tersebut, bahwa pekerjaan-pekerjaan itu tetap lebih baik daripada bekerja dengan cara yang tidak halal.

Sabtu, 27 April 2013

[REVIEW] The Geography of Bliss : Kisah Seorang Penggerutu yang Mengelilingi Dunia Mencari Negara Paling Membahagiakan

source gambar : goodreads

Judul : The Geography of Bliss : Kisah Seorang Penggerutu yang Mengelilingi Dunia Mencari       Negara Paling Membahagiakan
Penulis : Eric Weiner
Penerbit : Qanita Mizan
Tahun Terbit : 2011 
Tebal buku : 512 halaman

"Apakah anda bahagia ?"
Pertanyaan singkat, sepele yang menjadi dasar perjalanan sang penulis menelusuri beberapa negara berdasarkan tingkat kebahagiaan negara tersebut menurut suatu survei . Dengan berbekal data dari WDH (World Database Happiness) yang ada di Belanda, penulis memulai perjalanannya ke Swiss, Qatar, Moldova, India dan beberapa negara lainnya hingga Amerika, negara asal sang penulis. 

Sebenarnya apa makna kebahagiaan itu sendiri ? Apa bedanya dengan kesenangan ? Dengan kenyamanan ? Apa yang sebenarnya dicari penulis ?

Minggu, 02 Desember 2012

99 Cahaya di Langit Eropa

99 Cahaya di Langit Eropa (gambar dari sini)

Judul : 99 Cahaya di Langit Eropa (Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa)
Penulis : Hanum Salsabila Rais & Rangga Almahendra
Penerbit : Gramedia , Juli 2011
Tebal : 412 halaman
Kategori : Novel Islam

Apa yang terlintas di pikiran anda jika mendengar kata "Eropa"? Colosseum ? menara Eiffel ? musik klasik ? san siro ? sepak bola ? 

Buku ini memberikan pengetahuan lebih bahwa Eropa tak hanya sekedar gemerlap Eiffel, kokohnya Colosseum, dan ketatnya persaingan sepak bola di Eropa . Bahwa Eropa ...... lebih ..... sungguh lebih dari sekadar itu semua .

“Paris tak hanya tentang Eiffel atau Louvre. Lebih dari dua bangunan "kecil" itu. Aku menemukan imanku di sini.” - Marion Latimer

 
 
Copyright © [ notulensi ]
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com