Kamis, 04 Desember 2014

Maze Runner's Case



Setelah sekian lama memendam ini sendirian, akhirnya punya temen yang memiliki pemikiran yang sama tentang Maze Runner ini. Saya tidak akan membahas isi ceritanya, tapi lebih ke unsur buku tersebut. 

Akhirnya saya mau declare, saya benci banget sama Thomas (tokoh utama the Maze Runner), so who's else with my boat ? hehehe. Instead of Thomas, saya lebih menyukai Newt untuk alasan tertentu. 

Yap, novel ini adalah novel Dystopia. Sama dengan novel dystopia lainnya yang berlatar belakang bumi masa depan dimana ras manusia terancam punah, sudah pasti akan banyak yang dikorbankan (termasuk manusia yang masih hidup) karena ada aturan baru dari penguasa bumi, dsb alasan lainnya tergantung masing-masing buku.

Apa yang membuat saya membenci Thomas mungkin bisa dirasakan oleh teman-teman lain yang juga membacanya (mungkin tidak semua, tapi semoga ada yang merasakan hal yang sama). Penulisnya tidak bermain dengan perasaan dlam buku tersebut, tidak memberikan alasan yang kuat , alasan WHY, kenapa harus Thomas yang hidup sampai akhir, kenapa harus mengorbankan orang lain dalam cerita itu, dan orang lain itu berkorban demi agar Thomas bisa hidup hingga akhir.

Layaknya tokoh utama yang lain, dalam novel dystopia apapun memang tokoh utama pasti hidup sampai cerita berakhir. Namun dalam buku ini, maaf, saya dan sahabat saya tidak menemukan alasan kuat mengapa Thomas harus hidup hingga akhir. 

Akhirnya, kita memfilter dahulu apa kelebihan Thomas sebelum sampai pada kesimpulan "ga ada Thomas pun, yang lain masih tetap bisa hidup"
1. Thomas merupakan salah satu yang merancang program dalam maze runner (namun sayangnya kelebihan Thomas sebagai perancang tidak bermanfaat banyak dalam permainan Maze Runner, saat dia terjebak dalam permainannya sendiri dan cenderung membahayakan orang lain)
2. Thomas dan Theresa adalah orang yang memiliki pengetahuan lebih dalam hal Maze tersebut (sayangnya juga, tidak diberikan cerita apa pengetahuan itu, sehingga tidak membuat saya mempertahankan Thomas untuk tetap hidup).

3. Apa Thomas punya orang yang dicintai di dunia luar sana untuk menjadikan ia alasan agar tetap hidup apapun yang terjadi ? ibu nya kah ? keluarga nya kah ? Unfortunately, sampai saya membaca The Scorch Trials pun saya tidak menemukan alasan ini, lebih tepatnya tidak menemukan cerita tentang ini baik tersirat maupun tersurat.
4. Apa tokoh lain aman walaupun tanpa Thomas ? Ternyata jawabannya kalo boleh sok tau, adalah mereka aman-aman saja. Karena ide dan saran Thomas adalah ide2 standar, ya karena itu tadi, walaupun dia diceritakan merancang permainan itu, dia tidak memiliki pengetahuan lebih dan tidak memberikan keuntungan apapun pada penghuni Maze lainnya. 

Akhir kata, pada saat membaca buku ini feeling atau perasaan pembaca tidak dibuat diaduk - aduk, full murni hanya memfokuskan pada kejadian action jalan cerita apa yang harus dilakukan Thomas, juga deskripsi yang sangat jelas. Bukan bilang ga rame sih, hanya saja untuk saya sendiri perasaan pembaca yang diaduk-aduk penulis sangat penting agar pembaca pun terbawa emosi saat membacanya, karena jujur selama saya baca buku ini belum pernah menangis *penting banget*, tapi buat saya penting, bahkan terharu pun belum pernah dibuat buku ini.

Sekian alasan saya membenci Thomas. 

Note : bukan bilang cerita atau bukunya nggak bagus, cuma bilang benci Thomas dan kurang merasa diaduk-aduk perasaannya saat membaca buku ini. Secara cerita science fiction sih keren banget, oke punya lah pokonya James Dashner, hehe.

Sedikit membandingkan dengan buku The Hunger Games (Catatan Keras : Bukan membandingkan cerita, hanya membandingkan unsur cerita ya!). 

Saat membaca Hunger Games, yang mengambil sudut pandang Katniss, kita (pembaca) dibuat ikut merasakan kekhawatiran Katniss akan adiknya, akan Peeta, akan Gale, dan ketakutannya saat bermain Hunger Games di arena. Katniss punya orang-orang yang disayangi yang harus ia lindungi, sehingga membuat pembaca setuju untuk mempertahankan Katniss (dan Peeta) hingga akhir cerita.

Perbandingan ini hanya dalam unsur perasaan saat membaca bukunya, bukan baik/buruknya cerita. Buku-buku tersebut keren, apalagi The Maze Runner yang notabene mengilhami Suzanne Collins untuk melahirkan The Hunger Games. 

So, please readers, jangan fanwar ya hehehe



0 comments:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)

 
 
Copyright © [ notulensi ]
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com