Jumat, 06 September 2013

Siklus

ketika ada seseorang yang berprilaku sesuatu di depan saya, baik wajar maupun tidak, yang pasti kebayang satu hal : DI RUMAH - nya.

semua kembali ke rumah, ke keluarga, ke tempat pulang, ke tempat kembali, tempat kebahagiaan masing-masing.

Apa yang diperlihatkan diluar, ada dua kemungkinan : implementasi dari keseharian dirumahnya, atau kebalikannya, apa yang tidak bisa dia lakukan dirumahnya.

Then ? It shows how their parents educate them, sesimpel itu.

Makanya salah besar kalo pendidikan berkarakter dipaksa di sekolah dan dimulai dari SMP / SMA dengan ditambah mata pelajaran agama dll, ya merekanya juga udah anti sama hal2 gituan.

Karakter dimulai dari rumah, kekuatan iman + akidah juga dimulai dari rumah. Jadi saat dilepas, anak-anak gaakan goyah dan cari sana sini, krna udah kuat pondasinya, setidaknya untuk akidah.

Lalu ?


Yang salah bukan kurikulumnya
Orang-orangnya

Boleh saya bilang pendidikan juga bagian dari peradaban ? It is, in my humble opinion, so do its people. Pengaruh besar di orang-orangnya.

Maka saat ada wacana pendidikan karakter, yang seharusnya kesepet ya kita semua, bukan cuma guru. Guru yang baik investasi bangsa + peradaban yg baik ? IT IS.

But parents too, punya tanggung jawab yang sama besar.
Saya udah pernah nulis, kalo misalnya peradaban yg unggul juga dimulai dari individu2 yang unggul pula.

Maka saat banyak orang menuntut guru harus begini begitu, orangtua seharusnya mendidik anaknya dengan begini begitu, pemerintah seharusnya begini begitu. Why dont we start from our self ? Kita gabisa minta orang lain memperlakukan kita sebagaimana yg kita inginkan, tapi kita bisa memperlakukan orang lain dengan lebih bijak, the choice is in your hand.

Jadi, dimulai dari diri sendiri dulu. Jadi guru/dosen yang baik ? dmulai dari siswa + mahasiswa yang baik dulu. Jadi orang tua yang baik ? Yang anak-anaknya bisa dibanggakan nantinya? jadi anak2 yg baik dulu, yang bisa dibanggakan oleh orang tua kita. Siklus. Tinggal tunggu tanggal mainnya.

Gapapa telat, mumpung masih hidup.

*ini ditulis krna sering kesepet, gatau ya, kenapa sering banget kesepet saat orang2 menyalahkan sistem pendidikan di Indonesia, dan otomatis semua tatapan mengarah pada satu profesi : GURU .
Kenapa kesepet ? Karena saya berkuliah di univ yang mencetak profesi ini. Oke jangan bilang profesi, so what should I called then ? Untuk saat ini masih profesi kan ?
 Yap, ini berantai, ga cuma guru yang berperan.  Semua berperan, termasuk kebijakan politiknya. HMMMMMM

0 comments:

Posting Komentar

Thankyou for reading :)

 
 
Copyright © [ notulensi ]
Blogger Theme by BloggerThemes Design by Diovo.com