Bukan Cuma Masalah Hati
halo teman2 google plus , maaf mau nge alay lagi alias mau bikin status panjang yang bisa dibuat 'read more' hehehe
jadi hari ini saya menghadiri akad nikah dan resepsi pernikahan salah satu teman, sahabat saya. Entah kenapa, saya tidak pernah satu sekolah dengan sahabat saya ini, bertemu pun awalnya saat SMP, lalu bertemu lagi beberapa waktu yang lalu, tidak begitu lama dari hari ini. Tapi dalam pertemuan yang singkat dan cepat itu saya merasa cukup dekat dengan beliau, semoga ini yang disebut persahabatan dan persaudaraan karena iman. Why ? Tanpa perlu banyak bicara, saya udah merasa nyaman dengan sahabat saya ini, dan ... sevisi.
kembali ke niat awal, cerita tentang hikmah dari prosesi akadnya.
agak getek sih, ngomongin pernikahan, but gapapalah ya, udah gede juga kekeke :D
sebelumnya , dear Urfa, barakallahu lakuma wabaraka alaikuma wajamaa bainakuma fii khair yaa, sakinah mawaddah wa rahmah, barakah barakah barakah untuk rumah tangganya, amin :)
akadnya diadakan di mesjid PUSDAI (Pusat Dakwah Islam) Bandung, pukul 10.00 pagi.
Seperti biasa, sebelum dilaksanakan akad, disampaikan khutbah nikah terlebih dahulu. Khutbah nikah ini disampaikan oleh ustad Anis Matta. Ya, mungkin yang membaca ini sering mendengar nama/beritanya dari berbagai media, pun kalau tidak tahu saya tidak akan mengumbarnya, karena ketermungkinan suudzon untuk dilemparkan pada saya pasti ada.
Dalam waktu +- 15 menit ustad Anis Matta menyampaikan khutbahnya, ada beberapa hal menarik yang saya tangkap dari yang beliau sampaikan .
bahwa menikah bukan hanya urusan cinta dan hati semata, namun juga urusan membangun peradaban.
Menikah bukan hanya tentang bersatunya dua hati atas dasar cinta untuk membangun rumah tangga. Lebih dari itu, menikah itu tentang membangun peradaban.
Apa sebab ?
Mari kita runut dari awal. Peradaban lahir bukan simsalabim alias langsung jadi , peradaban membutuhkan proses. Sebelum menjadi peradaban, bangsa yang maju sudah terbentuk. Sebelum menjadi bangsa yang maju, masyarakat madani sudah terbentuk. Sebelum menjadi masyarakat madani, keluarga yang baik dan cerdas sudah terbentuk. Sebelum menjadi keluarga yang cerdas ? Individu yang cerdas pastilah awal mulanya. Saat individu yang cerdas ini bersatu berkomitmen (dalam hal ini menikah) individu-individu cerdas lainnya akan lahir. Dari individu-individu cerdas yang kemudian bersatu kemudian melahirkan individu cerdas lainnya pula lah, bangsa yang cerdas akan terbentuk . Peradaban yang unggul pun akan menyusul.
Yap, dua hati yang menyatu atas dasar cinta karena Allah memang penting, tapi setelah menikah ada tanggungjawab yang lebih besar lagi yang dimiliki pasangan tersebut, mendidik buah hati yang nantinya akan menggantikan orangtuanya berjuang bersinergi membentuk peradaban.
Oh, bagi saya pribadi ini salah satu hal yang cukup wow. Khususnya bagi perempuan lainnya yang kelak insyAllah akan menjadi ibu bagi anak-anaknya. Bukan masalah sepele menjadi ibu, menjadi ibu itu all in one dalam 1 orang. Pendidik , guru, hakim, dokter, chef, akuntan, semua kemampuan itu mau tidak mau harus dimiliki ibu. Ayah ? Oh tenang, ayah ga kalah pentingnya kok. Tugas mendidik ada di tangan Ayah. Dan ayah harus memenuhi hak seorang anak, salah satunya adalah memilihkan ibu yang baik untuk anaknya (saya pernah baca ini di sebuah majalah, suatu hari seorang anak yang nakal dimarahi oleh ayahnya, lalu ia mengadu pada Rasulullah kalau ia dimarahi ayahnya dan inti ceritanya bahwa ibunya adalah orang yang kurang baik sehingga ia menjadi nakal. Lalu rasul bilang, anakmu berhak menuntut atas ibu yang baik, bahkan di hari akhir nanti, wallahu alam bagaimana redaksi jelasnya, yang pasti intinya bahwa salah satu hak anak adalah dicarikan ibu yang baik baginya).
Beralih dari khutbah ustad Anis Matta ke ucapan MC saat akad sudah diucap, dan mempelai sudah sah menjadi sepasang suami istri. Apa kata MC nya ?
"Alhamdulillah , akad sudah dilaksanakan, dan hari ini hadirin menjadi saksi atas bersatunya hati dengan ikatan yang suci. Sekarang, saudari Urfa (mempelai wanita) sudah bukan tanggung jawab Ustad Tate sebagai ayahnya, namun menjadi tanggungjawab saudara Ahsan sebagai suaminya" .
Simple, sesimple itu MC nya mengucapkan kata penutup. Tapi ada satu kata yang harus digarisbawahi, ditebalkan, apa itu ? Yap, tanggungjawab.
Tanggungjawab.
Setelah akad ini, setelah dinyatakan sah, segala sesuatu yang dilakukan Urfa(mempelai wanita) otomatis ada sinkronisasi nya dengan suaminya. Jika Urfa melakukan dosa sekecil apapun, Ahsan(mempelai pria) bertanggungjawab pula atas dosa yang dilakukan istrinya.
Dan, kita sebagai teman yang menyaksikan langsung, sepakat bahwa Ahsan super gentleman. Oh how come ? Seolah dengan menikah, dia bilang "saya mau menanggung semuanya" , semuanya, tidak terkecuali dosa. Mana ada yang mau nanggung dosa orang lain ? Dosa sendiri aja mungkin belum tentu mau ditanggungnya sendirian, ini dengan berani mau menambah tanggungan dosa.
Dear cowo2, pernyataan itu super2 gentleman, lebih gentle dari kalo kalian angkat beban 200kg sekalipun, hehehe , tapi seriusan.
Pada akhirnya, saya baru tau bahwa sebelum sang gadis *alah, berpindah tangan dari Ayah ke suaminya, maka sang putri kecil masih menjadi tanggungjawab sang raja, Ayah. Ya, bagi sang putri yang sayang banget sama ayahnya, ayo kita sama2 jaga supaya tanggungan ayah nanti di hari akhir ga berat, dan terlebih beratnya gara2 kita si putri kecil. Pun kalau nanti sudah menikah, tentunya tidak ingin menambah beban dosa sang suami kan ?
Ya, jadi intinya, sebelum atau sesudah menikah nanti tetap ada tanggungjawabnya sih. Jadi, sebelum jadi pemimpin keluarga/yang dipimpin, birul wa lidayinnya (berbakti pada orang tua)juga harus dijaga banget.
sekian, semoga bisa diambil hikmahnya, kesannya si gue ngebet nikah gitu ya ? HAHAHAHA, masih kurang ilmu, ngimpi . Tulisan ini sangat note to myself banget, selftalk banget untuk terus memperbaiki diri, bener2 pelajaran berharga bisa dapet materi seperti diatas langsung dari sumbernya,
wallahu alam
tulisan ini sudah ditulis sejak tanggal 18 mei lalu, namun karena ada satu dan lain hal, alhasl baru bisa diselesaikan hari ini.
Bandung, 31 Mei 2013
01.10
0 comments:
Posting Komentar
Thankyou for reading :)